Sabtu, 03 September 2016

MANAJEMEN PERPUSTAKAAN SEKOLAH







MAKALAH


MANAJEMEN PERPUSTAKAAN SEKOLAH






Oleh    :

SITI FARIDAH, S.Pd. I
















............................................................................................................
...........................................................................................
2015



KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan penulisan makalah ini, yang berjudul “Manajemen Perpustakaan”.
Dengan kemampuan yang ada penulis telah berusaha semaksimal mungkin agar makalah ini dapat tersusun dengan baik. Namun demikian penulis menyadari sepenuhnya, terselesaikannya makalah ini karena adanya bantuan, dukungan, kerjasama dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Tegal, ..................................
Penulis



DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL.......................................................................................

i

KATA PENGANTAR.....................................................................................

ii

DAFTAR ISI...................................................................................................

iii


BAB I

PENDAHULUAN.........................................................................

1

 

A. Latar Belakang Masalah...........................................................

1

 

B. Rumusan Masalah....................................................................

2

 

C. Tujuan Penulisan......................................................................

D.    Manfaat Penulisan...................................................................

2

2

 


BAB II

PEMBAHASAN............................................................................

3

 

A. Gambaran Umum Perpustakaan Sekolah.................................

3

 

B. Rancangan Grand Desain Perpustakaan Sekolah.....................


8

BAB III

PENUTUP.....................................................................................

14

 

A. Simpulan...................................................................................

14

 

B. Saran.........................................................................................

14


DAFTAR PUSTAKA......................................................................................

16




BAB  I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Pengertian perpustakaan terkadang rancu dengan dengan istilah-istilah pustaka, pustakawan, kepustakawanan, dan ilmu perpustakaan. Secara harfiah, perpustakaan sendiri masih dipahami sebagai sebuah bangunan fisik tempat menyimpan buku – buku atau bahan pustaka. Untuk itu, pada pembahasan kali ini akan dikupas tentang manajemen perpustakaan yang meliputi : tujuan dan fungsi manajemen perpustakaan, langkah penyusunan dan perencanaan, perpustakaan sebagai organisasi, elemen manusia dalam organisasi perpustakaan, serta pengawasan dan evaluasi sebagai komponen manajemen perpustakaan.
Sejalan dengan perkembangan zaman, pengertian perpustakaan berubah secara berangsur-angsur. Pada mulanya setiap ada kumpulan buku-buku koleksi yang dikelola secara rapi dan teratur disebut perpustakaan, tetapi karena adanya perkembangan teknologi modern dalam usaha pelestarian dan pengembangan informasi, maka koleksi perpustakaan tidak hanya terbatas buku-buku saja tetapi juga beraneka ragam jenisnya.
Berkaitan dengan perpustakaan sekolah, keberadaannya di zaman yang serba modern kini semakin memprihatinkan. Kadang keberadaan perpustakaan sekolah juga tidak begitu direspon oleh piha-pihak internal sekolah. Padahal secara otomatis keberadaan perpustakaan sekolah sangat berperan besar dalam menunjang pengetahuan para siswa dan juga guru yang berada di dalam instansi tersebut. Salah satu penyebab utama perpustakaan tidak begitu direspon keberadaannya ialah dari segi manajemen.
Di beberapa sekolah di Indonesia, perpustakaan sekolah masih dikelola oleh tenaga pengelola yang belum mumpuni sebagai pustakawan. Hal itu karena kurangnya pustakawan di sekolah. Selain faktor sumber daya alam juga ada faktor lain, diantaranya ialah penataan ruangan, peralatan, dan manajemen pengembangan bahan pustaka. Oleh karena itu di dalam makalah ini akan dijelaskan bagaimana cara memanajemen perpustakaan sekolah dengan baik dan bisa menjadi lebih menarik.

B.     Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas, adapun rumusan masalah yang diperoleh adalah sebagai berikut.
1.      Bagaimanakah gambaran umum perpustakaan sekolah?
2.      Bagaimanakah rancangan grand desain perpustakaan sekolah yang ideal?

C.    Tujuan Penulisan
Berdasarkan dari rumusan masalah yang telah diperoleh, adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut.
1.      Untuk mengetahui bagaimana gambaran umum perpustakaan sekolah.
2.      Untuk mengetahui bagaimana rancangan grand desain perpustakaan sekolah yang ideal.

D.    Manfaat Penulisan
Penulisan ini diharapkan dapat dijadikan sumber referensi dan dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap perkembangan perpustakaan.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Gambaran Umum Perpustakaan Sekolah
1.      Sejarah Perpustakaan di Indonesia
Sejarah Perpusnas bermula dengan didirikannya Bataviaasch Genootschap pada 24 April 1778 Lembaga ini adalah pelopor Perpusnas dan baru dibubarkan pada tahun 1950. Awalnya, Perpustakaan Nasional RI merupakan salah satu perwujudan dari penerapan dan pengembangan sistem nasional perpustakaan, secara menyeluruh dan terpadu, sejak dicanangkan pendiriannya tanggal 17 Mei 1980 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Daoed Joesoef. Ketika itu kedudukannya masih berada dalam lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan setingkat eselon II di bawah Direktorat Jenderal Kebudayaan, dan badan ini merupakan hasil integrasi dari empat perpustakaan besar di Jakarta.
Keempat perpustakaan tersebut, yang kesemuanya merupakan badan bawahan DitJen Kebudayaan, adalah:
a.       Perpustakaan Museum Nasional.
b.      Perpustakaan sejarah, politik dan sosial (SPS).
c.       Perpustakaan wilayah DKI Jakarta.
d.      Bidang Bibliografi dan Deposit, Pusat Pembinaan Perpustakaan.

Walau secara resmi Perpustakaan Nasional berdiri di pertengahan 1980, namun integrasi keseluruhan secara fisik baru dapat dilakukan pada Januari 1981. Sampai tahun 1987 Perpusnas masih berlokasi di tiga tempat terpisah, yaitu di Jl. Merdeka Barat 12 (Museum Nasional), Jl. Merdeka Selatan 11 (Perpustakaan SPS) dan Jl. Imam Bonjol 1 (Museum Naskah Proklamasi). Sebagai kepala Perpustakaan Nasional adalah ibu Mastini Hardjoprakoso, MLS, mantan kepala Perpustakaan Museum Nasional.
Atas prakarsa Almarhumah Ibu Tien Suharto, melalui Yayasan Harapan Kita yang dipimpinnya, Perpustakaan Nasional memperoleh sumbangan tanah seluas 16,000 m² lebih berikut gedung baru berlantai sembilan dan sebuah bangunan yang direnovasi. Lahan yang terletak di Jl. Salemba Raya 28A, Jakarta Pusat, merupakan lokasi Koning Willem III School (Kawedri), yakni sekolah HBS pertama di Indonesia ketika zaman kolonial. Bangunan sekolah inilah yang kemudian setelah direnovasi menjadi gedung utama yang digunakan untuk kantor pimpinan dan sekretariat. Gedung di sebelahnya yang berlantai sembilan berfungsi sebagai perpustakaan yang sebenarnya, di mana koleksi bahan pustaka tersimpan dan dilayankan untuk umum.
Dengan selesainya pengerjaan sebagian gedung baru maupun yang direnovasi di Jl. Salemba Raya 28A pada awal 1987, pimpinan dan staf dari tiga bidang (kecuali Bidang Koleksi) pindah ke lokasi tersebut. Gedung baru itu beserta segala perlengkapannya menyatukan semua kegiatan di bawah satu atap yang sebelumnya terpencar di beberapa tempat di Jakarta. Pada usia Perpusnas yang ke-9, secara resmi kompleks itu dibuka yang ditandai dengan penandatanganan sebuah prasasti marmer oleh Presiden dan Ibu Tien Suharto pada tanggal 11 Maret 1989.
Namun, sejalan dengan peresmian kompleks tersebut, sebetulnya ada peristiwa lain yang tidak kalah pentingnya. Sejarah mencatat bahwa lima hari sebelumnya, tepatnya tanggal 6 Maret 1989, telah ditandatangani sebuah keputusan monumental oleh Presiden RI melalui keputusan presiden Nomor 11 Tahun 1989 ini menetapkan Perpustakaan Nasional, setelah digabung dengan Pusat Pembinaan Perpustakaan (pimpinan Drs. Soekarman, MLS) , menjadi Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Kenaikan status kelembagaan ini juga berarti Perpusnas dilepas dari jurisdiksi Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (sekarang Departemen Pendidikan Nasional), badan induknya yang telah membesarkannya sejak 1980. Ibu Mastini Hardjoprakoso masih dipercaya oleh Pemerintah untuk memimpin lembaga baru ini. Kenyataan ini sekaligus membuktikan komitmen Pemerintah di dalam menaikkan derajat perpustakaan (dan pustakawan) yang selama itu dirasakan selalu "dilupakan". Menurut catatan ketika penggabungan, jumlah koleksi berkisar di angka 600 ribu eksemplar, ditangani oleh sekitar 500 orang karyawan yang berlokasi di dua tempat terpisah, Jl. Salemba Raya 28A dan Jl. Merdeka Selatan 11. Saat ini (Desember 1999) jumlah koleksi diperkirakan 1,100,00 eks, dan jumlah karyawan 700 orang.
Dengan semakin bertambahnya beban tugas dan sejalan dengan kiat Perpusnas dalam menerapkan layanan prima kepada masyarakat, maka diterbitkanlah Keputusan PresidenNomor 50 Tahun 1997 tertanggal 29 Desember 1997. Keppres ini menyempurnakan susunan organisasi, tugas dan fungsi Perpustakaan Nasional guna mengantisipasi era globalisasi informasi yang sudah kian mendekat. Di antara penyempurnaan tersebut adalah menciptakan jabatan deputi setingkat eselon IB dan menaikkan status Perpustakaan Nasional Provinsi (d.h. Perpustakaan Daerah) menjadi eselon II. Melanjutkan kepemimpinan sebelumnya, Hernandono, MA, MLS, menjadi kepala Perpusnas sejak Oktober 1998.
Perpustakaan Nasional RI kini menjadi perpustakaan yang berskala nasional dalam arti yang sesungguhnya, yaitu sebuah lembaga yang tidak hanya melayani anggota suatu perkumpulan ilmu pengetahuan tertentu, tapi juga melayani anggota masyarakat dari semua lapisan dan golongan. Walau terbuka untuk umum, koleksinya bersifat tertutup dan tidak dipinjamkan untuk dibawa pulang. Layanan itu tidak terbatas hanya pada layanan untuk upaya pengembangan ilmu pengetahuan saja, melainkan pula dalam memenuhi kebutuhan bahan pustaka, khususnya bidang ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan, guna mencerdaskan kehidupan bangsa.

2.      Gambaran Lokasi/Lingkungan Fisik Perpustakaan Sekolah yang Ideal
Perpustakaan sekolah yang  efektif memberdayakan siswa tidak hanya dengan mendukung pembelajaran di sekolah, tetapi juga memberi kebebasan kepada siswa untuk memilih bahan bacaan dan pengalaman belajarnya. Untuk mengefektifkan dan meningkatkan layanan perpustakaan, maka salah satu komponen yang perlu diperhatikan adalah lingkungan fisik perpustakaan.
Lokasi Perpustakaan terletak di tengah sekolah, kalau bisa terletak di lantai dasar, dapat diakses dengan mudah oleh semua siswa, relatif dekat dengan lokasi kelas, diperuntukkan khusus untuk perpustakaan tidak difungsikan ganda, dan tidak terlalu bising/ada ruangan di perpustakaan yang tidak bising.
Tidak ada ukuran baku untuk perpustakaan, akan tetapi perpustakaan perlu memiliki ruang yang cukup untuk menyimpan koleksi fiksi dan non-fiksi, menyimpan terbitan berkala, menyimpan koleksi audio visual, dan koleksi non-print lainnya, ruang belajar, ruang baca, tempat komputer, tempat kerja pengelola perpustakaan, meja peminjaman dan pengembalian, papan pajangan. Sedangkan rak buku dapat ditempelkan ke dinding atau berdiri. Idealnya rak untuk perpustakaan sekolah dasar memiliki tinggi maksimum 120 cm, lebar antara 90-100 cm, memiliki tiga tingkat yang masing-masing tingkat berukuran 25 cm.

3.      Struktur Organisasi Perpustakaan Sekolah
Organisasi perpustakaan sekolah diharapkan dapat menciptakan lingkungan tempat belajar yang kondusif, serta dapat memengaruhi perilaku yang positip bagi para peserta didik. Seperti yang kita ketahui, sekarang ini daya hidup semua organisasi sangat bergantung pada kekuatan dalam pergulatan seleksi alam. Hanya organisasi yang adaptip terhadap perubahan jaman yang akan bertahan untuk terus hidup. Berikut adalah sebuah bagan organisasi yang ideal untuk organisasi perpustakaan di sekolah. Apabila jumlah SDM yang ada tidak mencukupi, buatlah struktur dengan pola yang sederhana. Setiap unsur merupakan rangkaian kesatuan yang mempunyai tugas yang berbeda-beda. Tugas-tugasnya adalah sebagai berikut.
a.       Penggung jawab bertugas untuk merumuskan kebijakanyang dibantu oleh pelaksana harian serta berkoordinasi dengan komitee sekolah, ia  berkerjasama dan membina hubungan dengan stakeholder (perpustakaan, pusat informasi, pusat arsip,dan lainnya).
b.      Pelaksana harian melakukan pekerjaan manajemen seperti membuat perencanaan ,pengorganisasian,pengkoordinasian, dan pengawasan terhadap seluruh kegiatan perpustakaan sekolah.
c.       Bagian teknis melakukan pekerjaan seperti: Pembagian koleksi, pengolahan bahan pustaka (klasifikasi,perlengkapanpustaka dll), inventarisasi, dan perawatan.
d.      Bagian layanan melakukan pekerjaan seperti: Layanan sirkulasi, layanan referensi, dan pelaporan atau pembuat statistik.
e.       Bagian administrasi melakukan pekerjaan seperti: Surat menyurat, keanggotaan, rumah tangga, dan keuangan.

4.      Kondisi Perpustakaan Sekolah
Bidang Perpustakaan Sekolah Pusat Pembinaan Perpustakaan telah mengadakan suatu penelitian tentang keadaan perpustakaan di Indonesia. Dari penelitian tersebut diperoleh:
a.       Banyak sekolah belum menyelenggarakan perpustakaan.
b.      Banyak perpustakaan sekolah yang belum menyelenggarakan layanan secara semestinya, dan hanya merupakan tempat penyimpanan buku belaka
c.       Ada sejumlah kecil perpustakaan sekolah yang telah terselenggara secara memadai, tetapi belum jelas mengaitkannya dengan kegiatan belajar mengajar.
d.      Keberadaan dan kegiatan perpustakaan sekolah sangat tergantung dari sikap Kepala Sekolah, karena beliaulah yang memegang kebijaksanaan dalam pendanaan.
e.       Tidak adanya tenaga pustakawan yang tetap, kebanyakan perpustakaan dikelola oleh seorang guru yang setiap saat dapat dimutasikan.
f.       Pekerjaan pustakawan kurang disukai, dan bahkan dianggap lebih rendah dari tugas guru.
g.      Ada perpustakaan yang pengelolaannya diserahkan kepada petugas tata usaha.
h.      Koleksi perpustakaan sekolah umumnya sangat lemah dan belum terarah.
i.        Layanan perpustakaan belum dilaksanakan dengan ketentuan-ketentuan, karena kurangnya tenaga yang terdidik.
j.        Sumber dana yang sangat terbatas.
k.      Banyak sekolah tidak mempunyai ruangan khusus untuk perpustakaan.

B.     Rancangan Grand Desain Perpustakaan Sekolah
1.      Visi dan Misi
Dalam hal pencapaian suatu tujuan di perlukan suatu perencanaan dan tindakan nyata untuk dapat mewujudkannya, secara umum bisa di katakan bahwa Visi dan Misi adalah suatu konsep perencanaan yang di sertai dengan tindakan sesuai dengan apa yang di rencanakan untuk mencapai suatu tujuan.
Lebih lanjut, visi adalah suatu pandangan jauh tentang perusahaan, tujuan-tujuan perusahaan dan apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut pada masa yang akan datang. Visi itu tidak dapat dituliskan secara lebih jelas menerangkan detail gambaran sistem yang ditujunya, dikarenakan perubahan ilmu serta situasi yang sulit diprediksi selama masa yang panjang tersebut. Beberapa persyaratan yang hendaknya dipenuhi oleh suatu pernyataan visi adalah berorientasi ke depan, tidak dibuat berdasarkan kondisi saat ini, mengekspresikan kreatifitas, dan berdasar pada prinsip nilai yang mengandung penghargaan bagi masyarakat. Sedangkan misi adalah pernyataan tentang apa yang harus dikerjakan oleh lembaga dalam usahanya mewujudkan Visi. Misi perusahaan adalah tujuan dan alasan mengapa perusahaan itu ada. Misi juga akan memberikan arah sekaligus batasan proses pencapaian tujuan.
Sejalan dengan apa yang telah diutarakan diatas, keberadaan visi dalam suatu lembaga perpustakaan sekolah akan memperjelas arah perkembangannya dan menjadi motivasi bagi seluruh komponen yang mengambil tindakan kearah yang benar. Visi sebenarnya merupakan penentuan tujuan jangka panjang dalam suatu organisasi lembaga yang bersifat abstrak, mudah dipahami, memiliki keunggulan, terbayangkan dan disusun oleh pimpinan dan anggota lembaga. Adapun misi adalah sebuah penjabaran dari misi dengan rumusan-rumusan kegiatan yang akan dilakukan dan hasilnya dapat diukur. Oleh karena itu, dalam penetapan visi misi suatu lembaga perpustakaan sekolah hendaknya memperhatikan hakikat, tujuan, dan fungsi dari perpustakaan sekolah tersebut.



2.      Rancangan Program Kerja
Dasar penyusunan program kerja perpustakaan adalah peraturan perundang-undangan yang berlaku khususnya dari Menteri Pendidikan Nasional, yang langsung maupun tidak langsung mengatur bahwa setiap perpustakaan wajib menyusun/menulis dan melaksanakan program kerja tahunan sekolah, antara lain Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tanggal 28 Juni 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana Perpustakaan Untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan  Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA).
Rencana kerja perpustakaan sekolah yang tertuang dalam program kerja perpustakaan secara umum akan mengacu pada tugas pokok perpustakaan sekolah, tujuan institusi, visi dan misi sekolah. Hal ini didasari oleh kepentingan bersama untuk menciptakan suasana kegiatan belajar mengajar yang efektif dan efisien. Selanjutnya, perpustakaan sekolah tampak bermanfaat apabila program kerjanya mampu benar-benar memperlancar pencapaian tujuan proses belajar-mengajar di sekolah. Indikasi manfaat tersebut tidak hanya berupa tingginya prestasi siswa-siswi, tetapi lebih jauh lagi, antara lain adalah siswa yang mampu mencari, menemukan, menyaring dan menilai infomasi. Siswa yang terbiasa belajar mandiri, terlatih dan bertanggung jawab dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan  dan teknologi, dan sebagainya. Adapun manfaat perpustakaan sekolah dapat disimpulkan sebagai sarana pendidikan dan pusat kegiatan belajar mengajar, pusat informasi (ilmiah dan umum), pusat layanan referensi, pusat penelitian  (sederhana dan risat ilmiah), usat kerja sama antar perpustakaan, sarana untuk melancarkan pelaksanaan tugas, dan tempat memperoleh inspirasi.


3.      Rancangan Pengorganisasian/Pengelolaan
Setiap perpustakaan, baik kecil maupun besar, perlu diatur dan ditata dengan baik, sehingga pelaksanaan kegiatan kerjanya dapat berjalan dengan efisien dan efektif. Pengetahuan tentang sebeluk-sebeluk susunan, pelaksanaan, dan teknik kepustakawanan disebut organisasi dan administrasi perpustakaan. Untuk dapat memperoleh hasil yang baik, diperlukan kemauan dan kemampuan tenaga untuk bekerja sama. Sehingga dalam suatu organisasi perputakaan perlu ada pembagian tugas.
Dalam organisasi perpustakaan maka agar organisasi tersebut berjalan dengan lancar, pimpinan perlu memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut.
a.       Penentuan tujuan perpustakaan yaitu secara jelas dan lengkap, baik mengenai bidang, ruang lingkupsasaran, keahlian dan keterampilan.
b.      Perumusan tugas pokok perpustakaan yaitu sasaran yang dibebankan kepada organisasi untuk dicapai Organisasi luas maka tugas pokonya luas, sedangkan organisasi kecil maka tugas pokonya terbatas.
c.       Rincian kegiatan yaitu semua kegiatan kerja yang harus dilakukan untuk melaksanakan tugas pokok harus disusun secara lengkap dan terinci.
d.      Pengelompokan kegiatan kerja; Kegiatan kerja yang erat hubunganya satu sama lain dikelompokkan, dan pengelompokan ini disebut fungsionalisasi.

4.      Rancangan Pengawasan
Pelaksanaaa tugas  dan tanggung jawab dalam suatu perpustakaan perlu pengawasan agar dapat diperoleh hasil sebagaimana yang diharapkan, selain untuk memperolah peningkatan kualitas. Dengan peningkatan ini diharapkan mampu menjamin aktivitas-aktivitas yang dilakukan, sehingga memberikan hasil produk seperti yang diharapkan. Oleh karena itu, pengawasan ini dapat dilakukan pada kegiatan perencanaan, pengorganisasian, penyusunan personalia, pengarahan, dan penganggaran.
Pengawasan perlu dilaksanakan oleh perpustakaan karena factor perubahan lingkungan organisasi, kebutuhan manajer untuk mendelegasikan wewenang. Perubahan lingkungan berpengaruh terhadap perjalanan organisasi perpustakaan. Hal ini dapat mengancam kelangsungan lembaga. Demikian pula peningkatan kompleksitas organisasi dapat mempengaruhi aktivitas, prosedur, dan biaya yang telah direncanakan. Mungkin pula dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan itu terhadap kesalahan, maka perlu segera diluruskan agar sesuai dengan tujuan semula.
Pengawasan dapat dilakukan dengan cara pengawasan preventif dan pengawasan korektif, pengawasan preventif adalah pengawasan yang mengantisipasi terjadinya penyimpangan-penyimpangan ,sedangkan pengawasan korektif dapat dijalankan apabila hasil yang diinginkan terdapat banyak variasi. Pengawasan itu dapat dilakukan pada bidang-bidang produksi, waktu, kegiatan manusia, maupun keuangan.
Pengawasan memiliki hubungan yang erat dengan manajemen yang lain, seperti perancanaan dan pengorganisasian. Pengawasan yang efektif akan mendukung bagi perencanaan-perencanaan dalam perubahan standart dan masukan. Dengan demikian, pengawasan dan perencanaan dapat dipandang sebgai mata rantai yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi.
Dalam menjalankan fungsi pengawasan, hal yang diperhatikan adalah konsep perencanaan, standart evaluasi, dan system pengawasan. Oleh karena itu, keseuaian perencanaan kegiatan, SDM, sumber informasi, system, anggaran dan sarana prasarana perpustakaan dan realisasi pada waktu tertentu perlu diperhatikan. Apabila dalam pengawasan itu diperlukan tindakan korektif, maka tindakan itu harus segera diambil. Tindakan korektif ini mungkin dilakukan dengan cara mengubah standart yang telah direncanakan, memperbaiki pelaksanaan, mengubah cara pengukuran pelaksanaan, atau mengubah cara interpretasi atas penyimpangan-penyimpangan.
Kesalahan yang terjadi dalam pelaksanaan kegiatan perpustakaan dapat disebabkan oleh perubahan struktur organisasi, peningkatan kompleksitas dan aktivitas, pendelegasian wewenang, atau terjadi penyelewengan, baik oleh manajer maupun bawahan. Perpustakaan tidak dapat menghindari dari kemajuan zaman, perkembangan teknologi informasi, perubahan polotik (otonomi daerah atau otonomi kampus), peningkatan kualitas pendidikan pemakai, dan perubahan peraturan-peraturan pemerintah. Perubahan-perubahan seperti itu perlu diantisipasi dengan langkah-langkah strategis.
Sebagai lembaga yang selalu berkembang maka perpustakaan akan selalu meningkatkan aktivitasnya sesuai tuntutan pemakainya. Sebagai akibat adanya perkembangan tuntutan ini memengaruh pelaksanaan program, kebutuhan. Berbagai kesalahan sangatmemungkinkan terjadi pada pelaksanaan karena unsure birokrasi, kepentingan pribadi, kepentingan bisnis, dna factor polotik. Olah karena itu, diperlukan system pengawasan yang memungkinkan pimpinan mampu mendeteksi kesalahan-kesalahan tersebut.


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan diatas adalah sebagai berikut.
1.      Perpustakaan sekolah yang  efektif memberdayakan siswa tidak hanya dengan mendukung pembelajaran di sekolah, tetapi juga memberi kebebasan kepada siswa untuk memilih bahan bacaan dan pengalaman belajarnya. Untuk mengefektifkan dan meningkatkan layanan perpustakaan, maka salah satu komponen yang perlu diperhatikan adalah lingkungan fisik perpustakaan.
2.      Organisasi perpustakaan sekolah diharapkan dapat menciptakan lingkungan tempat belajar yang kondusif, serta dapat memengaruhi perilaku yang positip bagi para peserta didik.
3.      Manajemen perpustakaan sekolah dapat di maksimalkan dengan berbagai cara. Diantaranya dimulai dari perencanaan gedung, peralatan yang harus ada di perpustakaan sekolah. Kelengkapan perpustakaan sekolah yang meliputi rak buku yang biasanya terbuat dari kayu ataupun logam. Selain itu pembinaan/pengembangan SDM sangat menjadi faktor utama dalam manajemen perpustakaan sekolah. Jika semua hal tersebut sudah terpenuhi, maka tinggal mengembangkan di bagian koleksi pustaka yang harus dikelola oleh tenaga kerja yang ahli di bidangnya.

B.     Saran
Berkaitan dengan manajemen perpustakaan sekolah, adapun saran yang ingin disampaikan adalah sebagai berikut.
1.      Bagi Pendidik dan tenaga kependidikan pada umumnya, tulisan ini diharapkan dapat sebagai tambahan literature pihak internal sekolah dalam mengelola perpustakaan sekolah dengan lebih baik. Diharapkan juga dapat menjadi salah satu sumber acuan dalam penerapan manajemen perpustakaan sekolah oleh pihak internal.
2.      Bagi  pustakawan, semoga juga menjadi salah satu literature bagi pustakawan dalam mengembangkan kemampuannya dalam manajemen perpustakaan sekolah.



DAFTAR PUSTAKA

Bafadal, Ibrahim, 2009. Pengelolaan Perpustakaan Sekolah, Jakarta: Bumi Aksara.

Darmono, 2007. Perpustakaan Sekolah (pendekatan aspek manajement dan tata kerja), Jakarta: Grasindo.

Fadal, Ibrahim, 2011.Pengelolaan Perpustakaan Sekolah.Jakarta:Bumi Akasara.

Lasa, 2009. Manajemen Perpustakaan Sekolah. Yogyakarta: Pinus Publiser.

Lasa, 2008. Manajemen Perpustakaan, Yogyakarta : Gama Media.

Prastowo, Andi, 2013.Manajamen Perpustakaan Sekolah Profesional. Jogjakarta:Diva Press.

Sutarno,2009. Perpustakaan dan Masyarakat., Jakarta: Sagung Seto.

Sumiati, Opong et.al. 2011.Pengelolaan Perpustakaan Sekolah. Jakarta:Universitas Terbuka.



Load disqus comments

0 komentar