MAKALAH
MANAJEMEN
PERPUSTAKAAN SEKOLAH
Oleh :
SITI FARIDAH, S.Pd. I
............................................................................................................
...........................................................................................
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis
panjatkan kehadirat Allah SWT karena telah melimpahkan rahmat, taufik dan
hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan penulisan makalah ini, yang berjudul
“Manajemen Perpustakaan”.
Dengan kemampuan yang ada
penulis telah berusaha semaksimal mungkin agar makalah ini dapat tersusun
dengan baik. Namun demikian penulis menyadari sepenuhnya, terselesaikannya
makalah ini karena adanya bantuan, dukungan, kerjasama dan bimbingan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami sangat berharap makalah
ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan. Kami
juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah ini
dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami
mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Tegal, ..................................
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman |
|
HALAMAN JUDUL....................................................................................... |
i |
KATA PENGANTAR..................................................................................... |
ii |
DAFTAR ISI................................................................................................... |
iii |
BAB I |
PENDAHULUAN......................................................................... |
1 |
A. Latar Belakang Masalah........................................................... |
1 |
|
B. Rumusan Masalah.................................................................... |
2 |
|
C. Tujuan Penulisan......................................................................D. Manfaat Penulisan................................................................... |
2
2
|
|
BAB II |
PEMBAHASAN............................................................................ |
3 |
A. Gambaran Umum Perpustakaan Sekolah................................. |
3 |
|
B. Rancangan Grand Desain Perpustakaan Sekolah..................... |
8 |
|
BAB III |
PENUTUP..................................................................................... |
14 |
A. Simpulan................................................................................... |
14 |
|
B. Saran......................................................................................... |
14 |
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... |
16 |
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Pengertian perpustakaan terkadang rancu dengan dengan istilah-istilah pustaka, pustakawan, kepustakawanan, dan ilmu perpustakaan. Secara
harfiah, perpustakaan sendiri masih dipahami sebagai sebuah bangunan fisik
tempat menyimpan buku – buku atau bahan pustaka. Untuk itu, pada pembahasan kali ini akan dikupas tentang manajemen
perpustakaan yang meliputi : tujuan dan fungsi manajemen perpustakaan, langkah
penyusunan dan perencanaan, perpustakaan sebagai organisasi, elemen manusia
dalam organisasi perpustakaan, serta pengawasan dan evaluasi sebagai komponen
manajemen perpustakaan.
Sejalan
dengan perkembangan zaman, pengertian perpustakaan berubah secara
berangsur-angsur. Pada mulanya setiap ada kumpulan buku-buku koleksi yang
dikelola secara rapi dan teratur disebut perpustakaan, tetapi karena adanya
perkembangan teknologi modern dalam usaha pelestarian dan pengembangan
informasi, maka koleksi perpustakaan tidak hanya terbatas buku-buku saja tetapi
juga beraneka ragam jenisnya.
Berkaitan
dengan perpustakaan sekolah, keberadaannya di zaman yang serba modern kini
semakin memprihatinkan. Kadang keberadaan perpustakaan sekolah juga tidak begitu
direspon oleh piha-pihak internal sekolah. Padahal secara otomatis keberadaan
perpustakaan sekolah sangat berperan besar dalam menunjang pengetahuan para
siswa dan juga guru yang berada di dalam instansi tersebut. Salah satu penyebab
utama perpustakaan tidak begitu direspon keberadaannya ialah dari segi
manajemen.
Di beberapa
sekolah di Indonesia, perpustakaan sekolah masih dikelola oleh tenaga pengelola
yang belum mumpuni sebagai pustakawan. Hal itu karena kurangnya pustakawan di
sekolah. Selain faktor sumber daya alam juga ada faktor lain, diantaranya ialah
penataan ruangan, peralatan, dan manajemen pengembangan bahan pustaka. Oleh
karena itu di dalam makalah ini akan dijelaskan bagaimana cara memanajemen perpustakaan
sekolah dengan baik dan bisa menjadi lebih menarik.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian
latar belakang diatas, adapun rumusan masalah yang diperoleh adalah sebagai
berikut.
1.
Bagaimanakah gambaran umum
perpustakaan sekolah?
2.
Bagaimanakah rancangan grand desain
perpustakaan sekolah yang ideal?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan
dari rumusan masalah yang telah diperoleh, adapun tujuan penulisan dari makalah
ini adalah sebagai berikut.
1.
Untuk mengetahui bagaimana gambaran
umum perpustakaan sekolah.
2.
Untuk mengetahui bagaimana rancangan
grand desain perpustakaan sekolah yang ideal.
D. Manfaat Penulisan
Penulisan ini diharapkan dapat dijadikan sumber
referensi dan dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap perkembangan
perpustakaan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Perpustakaan Sekolah
1.
Sejarah Perpustakaan di Indonesia
Sejarah Perpusnas
bermula dengan didirikannya Bataviaasch Genootschap pada 24 April 1778
Lembaga ini adalah pelopor Perpusnas dan baru dibubarkan pada tahun 1950. Awalnya,
Perpustakaan Nasional RI merupakan salah satu perwujudan dari penerapan dan
pengembangan sistem nasional perpustakaan, secara menyeluruh dan terpadu, sejak
dicanangkan pendiriannya tanggal 17 Mei 1980 oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan, Daoed Joesoef. Ketika itu kedudukannya masih berada dalam
lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan setingkat eselon II di bawah
Direktorat Jenderal Kebudayaan, dan badan ini merupakan hasil integrasi dari
empat perpustakaan besar di Jakarta.
Keempat perpustakaan
tersebut, yang kesemuanya merupakan badan bawahan DitJen Kebudayaan, adalah:
a. Perpustakaan
Museum Nasional.
b. Perpustakaan
sejarah, politik dan sosial (SPS).
c. Perpustakaan
wilayah DKI Jakarta.
d. Bidang
Bibliografi dan Deposit, Pusat Pembinaan Perpustakaan.
Walau
secara resmi Perpustakaan Nasional berdiri di pertengahan 1980, namun integrasi
keseluruhan secara fisik baru dapat dilakukan pada Januari 1981. Sampai tahun
1987 Perpusnas masih berlokasi di tiga tempat terpisah, yaitu di Jl. Merdeka
Barat 12 (Museum Nasional), Jl. Merdeka Selatan 11 (Perpustakaan SPS) dan Jl.
Imam Bonjol 1 (Museum Naskah Proklamasi). Sebagai kepala Perpustakaan Nasional
adalah ibu Mastini Hardjoprakoso, MLS, mantan kepala Perpustakaan Museum
Nasional.
Atas
prakarsa Almarhumah Ibu Tien Suharto, melalui Yayasan Harapan Kita yang
dipimpinnya, Perpustakaan Nasional memperoleh sumbangan tanah seluas 16,000 m²
lebih berikut gedung baru berlantai sembilan dan sebuah bangunan yang
direnovasi. Lahan yang terletak di Jl. Salemba Raya 28A, Jakarta Pusat,
merupakan lokasi Koning Willem III School (Kawedri), yakni sekolah HBS pertama
di Indonesia ketika zaman kolonial. Bangunan sekolah inilah yang kemudian
setelah direnovasi menjadi gedung utama yang digunakan untuk kantor pimpinan
dan sekretariat. Gedung di sebelahnya yang berlantai sembilan berfungsi sebagai
perpustakaan yang sebenarnya, di mana koleksi bahan pustaka tersimpan dan
dilayankan untuk umum.
Dengan
selesainya pengerjaan sebagian gedung baru maupun yang direnovasi di Jl.
Salemba Raya 28A pada awal 1987, pimpinan dan staf dari tiga bidang (kecuali
Bidang Koleksi) pindah ke lokasi tersebut. Gedung baru itu beserta segala
perlengkapannya menyatukan semua kegiatan di bawah satu atap yang sebelumnya
terpencar di beberapa tempat di Jakarta. Pada usia Perpusnas yang ke-9, secara
resmi kompleks itu dibuka yang ditandai dengan penandatanganan sebuah prasasti
marmer oleh Presiden dan Ibu Tien Suharto pada tanggal 11 Maret 1989.
Namun,
sejalan dengan peresmian kompleks tersebut, sebetulnya ada peristiwa lain yang
tidak kalah pentingnya. Sejarah mencatat bahwa lima hari sebelumnya, tepatnya
tanggal 6 Maret 1989, telah ditandatangani sebuah keputusan monumental oleh
Presiden RI melalui keputusan presiden Nomor 11 Tahun 1989 ini menetapkan
Perpustakaan Nasional, setelah digabung dengan Pusat Pembinaan Perpustakaan
(pimpinan Drs. Soekarman, MLS) , menjadi Lembaga Pemerintah Non Departemen
(LPND) yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada
Presiden. Kenaikan status kelembagaan ini juga berarti Perpusnas dilepas dari
jurisdiksi Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
(sekarang Departemen Pendidikan Nasional), badan induknya yang telah
membesarkannya sejak 1980. Ibu Mastini Hardjoprakoso masih dipercaya oleh
Pemerintah untuk memimpin lembaga baru ini. Kenyataan ini sekaligus membuktikan
komitmen Pemerintah di dalam menaikkan derajat perpustakaan (dan pustakawan)
yang selama itu dirasakan selalu "dilupakan". Menurut catatan ketika
penggabungan, jumlah koleksi berkisar di angka 600 ribu eksemplar, ditangani
oleh sekitar 500 orang karyawan yang berlokasi di dua tempat terpisah, Jl.
Salemba Raya 28A dan Jl. Merdeka Selatan 11. Saat ini (Desember 1999) jumlah
koleksi diperkirakan 1,100,00 eks, dan jumlah karyawan 700 orang.
Dengan
semakin bertambahnya beban tugas dan sejalan dengan kiat Perpusnas dalam
menerapkan layanan prima kepada masyarakat, maka diterbitkanlah Keputusan
PresidenNomor 50 Tahun 1997 tertanggal 29 Desember 1997. Keppres ini
menyempurnakan susunan organisasi, tugas dan fungsi Perpustakaan Nasional guna
mengantisipasi era globalisasi informasi yang sudah kian mendekat. Di antara
penyempurnaan tersebut adalah menciptakan jabatan deputi setingkat eselon IB
dan menaikkan status Perpustakaan Nasional Provinsi (d.h. Perpustakaan Daerah)
menjadi eselon II. Melanjutkan kepemimpinan sebelumnya, Hernandono, MA, MLS,
menjadi kepala Perpusnas sejak Oktober 1998.
Perpustakaan
Nasional RI kini menjadi perpustakaan yang berskala nasional dalam arti yang
sesungguhnya, yaitu sebuah lembaga yang tidak hanya melayani anggota suatu
perkumpulan ilmu pengetahuan tertentu, tapi juga melayani anggota masyarakat
dari semua lapisan dan golongan. Walau terbuka untuk umum, koleksinya bersifat
tertutup dan tidak dipinjamkan untuk dibawa pulang. Layanan itu tidak terbatas
hanya pada layanan untuk upaya pengembangan ilmu pengetahuan saja, melainkan
pula dalam memenuhi kebutuhan bahan pustaka, khususnya bidang ilmu-ilmu sosial
dan kemanusiaan, guna mencerdaskan kehidupan bangsa.
2.
Gambaran Lokasi/Lingkungan Fisik Perpustakaan
Sekolah yang Ideal
Perpustakaan
sekolah yang efektif memberdayakan siswa tidak hanya dengan mendukung
pembelajaran di sekolah, tetapi juga memberi kebebasan kepada siswa untuk
memilih bahan bacaan dan pengalaman belajarnya. Untuk mengefektifkan dan
meningkatkan layanan perpustakaan, maka salah satu komponen yang perlu
diperhatikan adalah lingkungan fisik perpustakaan.
Lokasi Perpustakaan terletak di tengah sekolah, kalau bisa terletak di lantai dasar, dapat diakses dengan mudah oleh semua siswa, relatif dekat dengan lokasi kelas, diperuntukkan khusus untuk perpustakaan tidak difungsikan ganda, dan tidak terlalu bising/ada ruangan di perpustakaan yang tidak bising.
Lokasi Perpustakaan terletak di tengah sekolah, kalau bisa terletak di lantai dasar, dapat diakses dengan mudah oleh semua siswa, relatif dekat dengan lokasi kelas, diperuntukkan khusus untuk perpustakaan tidak difungsikan ganda, dan tidak terlalu bising/ada ruangan di perpustakaan yang tidak bising.
Tidak
ada ukuran baku untuk perpustakaan, akan tetapi perpustakaan perlu memiliki
ruang yang cukup untuk menyimpan koleksi fiksi dan non-fiksi, menyimpan
terbitan berkala, menyimpan koleksi audio visual, dan koleksi non-print
lainnya, ruang belajar, ruang baca, tempat komputer, tempat kerja pengelola
perpustakaan, meja peminjaman dan pengembalian, papan pajangan. Sedangkan rak
buku dapat ditempelkan ke dinding atau berdiri. Idealnya rak untuk perpustakaan
sekolah dasar memiliki tinggi maksimum 120 cm, lebar antara 90-100 cm, memiliki
tiga tingkat yang masing-masing tingkat berukuran 25 cm.
3.
Struktur Organisasi Perpustakaan
Sekolah
Organisasi
perpustakaan sekolah diharapkan dapat menciptakan lingkungan tempat belajar
yang kondusif, serta dapat memengaruhi perilaku yang positip bagi para peserta
didik. Seperti yang kita ketahui, sekarang ini daya hidup
semua organisasi sangat bergantung pada kekuatan dalam pergulatan seleksi alam.
Hanya organisasi yang adaptip terhadap perubahan jaman yang akan bertahan untuk
terus hidup. Berikut adalah sebuah
bagan organisasi yang ideal untuk organisasi perpustakaan di sekolah. Apabila
jumlah SDM yang ada tidak mencukupi, buatlah struktur dengan pola yang
sederhana. Setiap unsur merupakan rangkaian kesatuan yang mempunyai tugas yang
berbeda-beda. Tugas-tugasnya adalah sebagai berikut.
a.
Penggung jawab bertugas
untuk merumuskan kebijakanyang dibantu oleh pelaksana harian serta
berkoordinasi dengan komitee sekolah, ia berkerjasama dan membina
hubungan dengan stakeholder (perpustakaan, pusat informasi, pusat arsip,dan lainnya).
b.
Pelaksana harian
melakukan pekerjaan manajemen seperti membuat perencanaan
,pengorganisasian,pengkoordinasian, dan pengawasan terhadap seluruh kegiatan
perpustakaan sekolah.
c.
Bagian teknis melakukan
pekerjaan seperti: Pembagian koleksi, pengolahan bahan pustaka (klasifikasi,perlengkapanpustaka
dll), inventarisasi, dan perawatan.
d.
Bagian layanan
melakukan pekerjaan seperti: Layanan sirkulasi, layanan referensi, dan pelaporan
atau pembuat statistik.
e.
Bagian administrasi
melakukan pekerjaan seperti: Surat menyurat, keanggotaan, rumah tangga, dan keuangan.
4.
Kondisi Perpustakaan Sekolah
Bidang Perpustakaan
Sekolah Pusat Pembinaan Perpustakaan telah mengadakan suatu penelitian tentang
keadaan perpustakaan di Indonesia. Dari penelitian tersebut diperoleh:
a.
Banyak sekolah belum
menyelenggarakan perpustakaan.
b.
Banyak perpustakaan
sekolah yang belum menyelenggarakan layanan secara semestinya, dan hanya
merupakan tempat penyimpanan buku belaka
c.
Ada sejumlah kecil
perpustakaan sekolah yang telah terselenggara secara memadai, tetapi belum
jelas mengaitkannya dengan kegiatan belajar mengajar.
d.
Keberadaan dan kegiatan
perpustakaan sekolah sangat tergantung dari sikap Kepala Sekolah, karena
beliaulah yang memegang kebijaksanaan dalam pendanaan.
e.
Tidak adanya tenaga
pustakawan yang tetap, kebanyakan perpustakaan dikelola oleh seorang guru yang
setiap saat dapat dimutasikan.
f.
Pekerjaan pustakawan
kurang disukai, dan bahkan dianggap lebih rendah dari tugas guru.
g.
Ada perpustakaan yang
pengelolaannya diserahkan kepada petugas tata usaha.
h.
Koleksi perpustakaan
sekolah umumnya sangat lemah dan belum terarah.
i.
Layanan perpustakaan
belum dilaksanakan dengan ketentuan-ketentuan, karena kurangnya tenaga yang
terdidik.
j.
Sumber dana yang sangat
terbatas.
k.
Banyak sekolah tidak
mempunyai ruangan khusus untuk perpustakaan.
B. Rancangan Grand Desain Perpustakaan
Sekolah
1.
Visi dan Misi
Dalam hal pencapaian
suatu tujuan di perlukan suatu perencanaan dan tindakan nyata untuk dapat
mewujudkannya, secara umum bisa di katakan bahwa Visi dan Misi adalah suatu
konsep perencanaan yang di sertai dengan tindakan sesuai dengan apa yang di
rencanakan untuk mencapai suatu tujuan.
Lebih lanjut, visi
adalah suatu pandangan jauh tentang perusahaan, tujuan-tujuan perusahaan dan
apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut pada masa yang akan
datang. Visi itu tidak dapat dituliskan secara lebih jelas menerangkan detail
gambaran sistem yang ditujunya, dikarenakan perubahan ilmu serta situasi yang
sulit diprediksi selama masa yang panjang tersebut. Beberapa persyaratan yang
hendaknya dipenuhi oleh suatu pernyataan visi adalah berorientasi ke depan, tidak
dibuat berdasarkan kondisi saat ini, mengekspresikan kreatifitas, dan berdasar
pada prinsip nilai yang mengandung penghargaan bagi masyarakat. Sedangkan misi adalah
pernyataan tentang apa yang harus dikerjakan oleh lembaga dalam usahanya
mewujudkan Visi. Misi perusahaan adalah tujuan dan alasan mengapa perusahaan
itu ada. Misi juga akan memberikan arah sekaligus batasan proses pencapaian
tujuan.
Sejalan dengan apa yang
telah diutarakan diatas, keberadaan visi dalam suatu lembaga perpustakaan
sekolah akan memperjelas arah perkembangannya dan menjadi motivasi bagi seluruh
komponen yang mengambil tindakan kearah yang benar. Visi sebenarnya merupakan
penentuan tujuan jangka panjang dalam suatu organisasi lembaga yang bersifat
abstrak, mudah dipahami, memiliki keunggulan, terbayangkan dan disusun oleh
pimpinan dan anggota lembaga. Adapun misi adalah sebuah penjabaran dari misi
dengan rumusan-rumusan kegiatan yang akan dilakukan dan hasilnya dapat diukur.
Oleh karena itu, dalam penetapan visi misi suatu lembaga perpustakaan sekolah
hendaknya memperhatikan hakikat, tujuan, dan fungsi dari perpustakaan sekolah
tersebut.
2.
Rancangan Program Kerja
Dasar
penyusunan program kerja perpustakaan adalah peraturan perundang-undangan yang
berlaku khususnya dari Menteri Pendidikan Nasional, yang langsung maupun tidak
langsung mengatur bahwa setiap perpustakaan wajib menyusun/menulis dan
melaksanakan program kerja tahunan sekolah, antara lain Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tanggal 28 Juni 2007 tentang Standar
Sarana dan Prasarana Perpustakaan Untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah
(SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan
Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA).
Rencana
kerja perpustakaan sekolah yang tertuang dalam program kerja perpustakaan
secara umum akan mengacu pada tugas pokok perpustakaan sekolah, tujuan
institusi, visi dan misi sekolah. Hal ini didasari oleh kepentingan bersama
untuk menciptakan suasana kegiatan belajar mengajar yang efektif dan efisien. Selanjutnya,
perpustakaan sekolah tampak bermanfaat apabila program kerjanya mampu benar-benar
memperlancar pencapaian tujuan proses belajar-mengajar di sekolah. Indikasi
manfaat tersebut tidak hanya berupa tingginya prestasi siswa-siswi, tetapi
lebih jauh lagi, antara lain adalah siswa yang mampu mencari, menemukan,
menyaring dan menilai infomasi. Siswa yang terbiasa belajar mandiri, terlatih
dan bertanggung jawab dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, dan sebagainya. Adapun manfaat perpustakaan sekolah dapat
disimpulkan sebagai sarana pendidikan dan pusat kegiatan belajar mengajar, pusat
informasi (ilmiah dan umum), pusat layanan referensi, pusat penelitian
(sederhana dan risat ilmiah), usat kerja sama antar perpustakaan, sarana untuk
melancarkan pelaksanaan tugas, dan tempat memperoleh inspirasi.
3.
Rancangan
Pengorganisasian/Pengelolaan
Setiap
perpustakaan, baik kecil maupun besar, perlu diatur dan ditata dengan baik,
sehingga pelaksanaan kegiatan kerjanya dapat berjalan dengan efisien dan
efektif. Pengetahuan tentang
sebeluk-sebeluk susunan, pelaksanaan, dan teknik kepustakawanan disebut
organisasi dan administrasi perpustakaan. Untuk dapat memperoleh hasil yang
baik, diperlukan kemauan dan kemampuan tenaga untuk bekerja sama. Sehingga
dalam suatu organisasi perputakaan perlu ada pembagian tugas.
Dalam organisasi perpustakaan maka agar organisasi tersebut berjalan dengan
lancar, pimpinan perlu memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut.
a.
Penentuan
tujuan perpustakaan yaitu secara jelas dan lengkap, baik mengenai bidang, ruang
lingkupsasaran, keahlian dan keterampilan.
b.
Perumusan tugas
pokok perpustakaan yaitu sasaran yang dibebankan kepada organisasi untuk
dicapai Organisasi luas maka tugas pokonya luas, sedangkan organisasi kecil
maka tugas pokonya terbatas.
c.
Rincian
kegiatan yaitu semua kegiatan kerja yang harus dilakukan untuk melaksanakan tugas
pokok harus disusun secara lengkap dan terinci.
d.
Pengelompokan
kegiatan kerja; Kegiatan kerja
yang erat hubunganya satu sama lain dikelompokkan, dan pengelompokan ini
disebut fungsionalisasi.
4.
Rancangan Pengawasan
Pelaksanaaa tugas dan tanggung jawab dalam suatu perpustakaan perlu
pengawasan agar dapat diperoleh hasil sebagaimana yang diharapkan, selain untuk
memperolah peningkatan kualitas. Dengan peningkatan ini diharapkan mampu
menjamin aktivitas-aktivitas yang dilakukan, sehingga memberikan hasil produk
seperti yang diharapkan. Oleh karena itu, pengawasan ini dapat dilakukan pada
kegiatan perencanaan, pengorganisasian, penyusunan personalia, pengarahan, dan
penganggaran.
Pengawasan perlu dilaksanakan oleh perpustakaan karena factor perubahan lingkungan
organisasi, kebutuhan manajer untuk mendelegasikan wewenang. Perubahan
lingkungan berpengaruh terhadap perjalanan organisasi perpustakaan. Hal ini
dapat mengancam kelangsungan lembaga. Demikian pula peningkatan kompleksitas
organisasi dapat mempengaruhi aktivitas, prosedur, dan biaya yang telah
direncanakan. Mungkin pula dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan itu terhadap
kesalahan, maka perlu segera diluruskan agar sesuai dengan tujuan semula.
Pengawasan dapat dilakukan dengan cara pengawasan preventif dan pengawasan
korektif, pengawasan preventif adalah pengawasan yang mengantisipasi terjadinya
penyimpangan-penyimpangan ,sedangkan pengawasan korektif dapat dijalankan
apabila hasil yang diinginkan terdapat banyak variasi. Pengawasan itu dapat
dilakukan pada bidang-bidang produksi, waktu, kegiatan manusia, maupun
keuangan.
Pengawasan memiliki hubungan yang erat dengan manajemen yang lain, seperti
perancanaan dan pengorganisasian. Pengawasan yang efektif akan mendukung bagi
perencanaan-perencanaan dalam perubahan standart dan masukan. Dengan
demikian, pengawasan dan perencanaan dapat dipandang sebgai mata rantai yang
saling berhubungan dan saling mempengaruhi.
Dalam
menjalankan fungsi pengawasan, hal yang diperhatikan adalah konsep perencanaan,
standart evaluasi, dan system pengawasan. Oleh karena itu, keseuaian perencanaan kegiatan, SDM, sumber informasi,
system, anggaran dan sarana prasarana perpustakaan dan realisasi pada waktu
tertentu perlu diperhatikan. Apabila dalam pengawasan itu diperlukan tindakan
korektif, maka tindakan itu harus segera diambil. Tindakan korektif ini mungkin
dilakukan dengan cara mengubah standart yang telah direncanakan, memperbaiki
pelaksanaan, mengubah cara pengukuran pelaksanaan, atau mengubah cara
interpretasi atas penyimpangan-penyimpangan.
Kesalahan yang terjadi dalam pelaksanaan kegiatan perpustakaan dapat
disebabkan oleh perubahan struktur organisasi, peningkatan kompleksitas dan
aktivitas, pendelegasian wewenang, atau terjadi penyelewengan, baik oleh
manajer maupun bawahan. Perpustakaan tidak dapat menghindari dari kemajuan zaman, perkembangan
teknologi informasi, perubahan polotik (otonomi daerah atau otonomi kampus),
peningkatan kualitas pendidikan pemakai, dan perubahan peraturan-peraturan
pemerintah. Perubahan-perubahan seperti itu perlu diantisipasi dengan
langkah-langkah strategis.
Sebagai lembaga yang selalu berkembang maka perpustakaan akan selalu
meningkatkan aktivitasnya sesuai tuntutan pemakainya. Sebagai akibat adanya
perkembangan tuntutan ini memengaruh pelaksanaan program, kebutuhan. Berbagai kesalahan sangatmemungkinkan terjadi pada pelaksanaan karena
unsure birokrasi, kepentingan pribadi, kepentingan bisnis, dna factor polotik.
Olah karena itu, diperlukan system pengawasan yang memungkinkan pimpinan mampu
mendeteksi kesalahan-kesalahan tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun
kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan diatas adalah sebagai berikut.
1.
Perpustakaan sekolah
yang efektif memberdayakan siswa tidak hanya dengan mendukung
pembelajaran di sekolah, tetapi juga memberi kebebasan kepada siswa untuk
memilih bahan bacaan dan pengalaman belajarnya. Untuk mengefektifkan dan
meningkatkan layanan perpustakaan, maka salah satu komponen yang perlu
diperhatikan adalah lingkungan fisik perpustakaan.
2.
Organisasi perpustakaan
sekolah diharapkan dapat menciptakan lingkungan tempat belajar yang kondusif,
serta dapat memengaruhi perilaku yang positip bagi para peserta didik.
3.
Manajemen perpustakaan sekolah dapat
di maksimalkan dengan berbagai cara. Diantaranya dimulai dari perencanaan
gedung, peralatan yang harus ada di perpustakaan sekolah. Kelengkapan
perpustakaan sekolah yang meliputi rak buku yang biasanya terbuat dari kayu
ataupun logam. Selain itu pembinaan/pengembangan SDM sangat menjadi faktor
utama dalam manajemen perpustakaan sekolah. Jika semua hal tersebut sudah
terpenuhi, maka tinggal mengembangkan di bagian koleksi pustaka yang harus
dikelola oleh tenaga kerja yang ahli di bidangnya.
B. Saran
Berkaitan
dengan manajemen perpustakaan sekolah, adapun saran yang ingin disampaikan
adalah sebagai berikut.
1.
Bagi Pendidik dan tenaga
kependidikan pada umumnya, tulisan ini diharapkan dapat sebagai tambahan
literature pihak internal sekolah dalam mengelola perpustakaan sekolah dengan
lebih baik. Diharapkan juga dapat menjadi salah satu sumber acuan dalam
penerapan manajemen perpustakaan sekolah oleh pihak internal.
2.
Bagi pustakawan, semoga juga menjadi
salah satu literature bagi pustakawan dalam mengembangkan kemampuannya dalam
manajemen perpustakaan sekolah.
DAFTAR
PUSTAKA
Bafadal,
Ibrahim, 2009. Pengelolaan Perpustakaan Sekolah, Jakarta: Bumi Aksara.
Darmono, 2007. Perpustakaan Sekolah (pendekatan aspek manajement dan tata kerja), Jakarta: Grasindo.
Fadal, Ibrahim, 2011.Pengelolaan Perpustakaan Sekolah.Jakarta:Bumi
Akasara.
Lasa, 2009. Manajemen
Perpustakaan Sekolah. Yogyakarta: Pinus Publiser.
Lasa, 2008. Manajemen Perpustakaan, Yogyakarta : Gama Media.
Prastowo, Andi, 2013.Manajamen Perpustakaan Sekolah Profesional.
Jogjakarta:Diva Press.
Sutarno,2009. Perpustakaan
dan Masyarakat., Jakarta:
Sagung Seto.
Sumiati, Opong et.al. 2011.Pengelolaan Perpustakaan Sekolah. Jakarta:Universitas
Terbuka.
0 komentar